Blogroll

Senin, 28 Agustus 2017

Benteng Otanaha, Bukti Majunya Peradaban Gorontalo Di Abad ke-15


Gorontalo atau sering disebut Hulontalo, merupakan salah satu daerah tertua di Pulau Sulawesi. Konon sudah ada aktivitas masyarakat sejak tahun 1500-an. Raja pertama yang diyakini sebagai penguasa di bumi "Serambi Madinah" ini bernama Raja Ilato (Petir) yang beristerikan Permaisuri Tolangohula. Mereka di anugerahi tiga orang anak bernama Ndoba, Tiliaya dan Naha. Dua yang disebut pertama adalah wanita dan anak terakhir seorang lelaki.

Pangeran Naha memutuskan untuk melanglang buana ke berbagai daerah disekitar kerajaan Gorontalo. Sedangkan Ndoba dan Tiliaya tetap tinggal di wilayah kerajaan untuk menemani sang ayahanda. Di zaman itu sebagian besar wialayah Gorontalo digenangi air laut. Termasuk daerah Dembe  yang menjadi letak Benteng Otanaha sekarang.

Suatu ketika, bangsa Portugis yang sudah menguasai Mindanao (Filipina) melalui Vasco Da Gama memperluas jajahanya hingga ke Ternate. Dalam perjalanannya ke Ternate, pasukan Portugis terdampar di Gorontalo karena kehabisan makanan, cuaca buruk hingga di serang bajak laut. Hal ini membuat nahkoda kapal meminta bantuan kerajaan Gorontalo. Gayung pun bersambut, kerajaan Gorontalo bersedia membantu bangsa Portugis dari gangguan bajak laut, namun dengan syarat hatus membantu mendirikan benteng pertahanan untuk kerajaan Gorontalo.

Dalam prosesnya,rakyat kerajaan Gorontalo dengan dibantu pasukan Portugis akhirnya mendirikan benteng pengintai diatas bukit di pinggiran Danau Limboto. Tapi, dengan kelicikannya bangsa Portugis tidak mau meninggalkan kerajaan Gorontalo dan berusaha untuk menjajahnya.

Dibantu oleh Apitalawo (kapitan laut) Lakoro, apitalawo Lakandjo, apitalawo Laguna dan apitalawo Djailani, pasukan kerajaan Gorontalo dibawah pimpinan Ndoba dan Tiliaya berhasil mengusir pasukan portugis dari tanah Gorontalo. Hingga akhirnya angkat kaki meninggalkan pelabuhan Gorontalo.

Tahun 1585, sang pangeran kerajaan Gorontalo, Naha kembali ke kerajaan. Saat itu dia sudah mempersunting gadis pujaannya yang bernama Putri Ohihiya. Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai dua orang putera bernama Pahu dan Limonu

Oleh Naha, ketiga benteng yang dibangun kakaknya beserta Portugis itu dimanfaatkan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Dalam pertempuran melawan Hemuto di jalur utara, Naha dan Pahu gugur. Untuk membalaskan dendam ayah dan kakanya, Limonu berhasil membunuh Hemuto dalam suatu perkelahian. 

Demi mengenang ayahanda dan kakaknya yang tewas, maka ketiga benteng tersebut dinamai Ota (benteng) Naha (ayahanda Limonu/penemu benteng), Ulupahu/Uwolepahu (kepunyaan Pahu), dan Otahiya (ibunda Limonu/istri Naha).

Sampai saat ini, ketiga benteng tersebut masih kokoh berdiri. Sebagai bukti sejarah kerajaan Gorontalo sekaligus sebagai situs sejarah dan destinasi wisata unggulan di provinsi Gorontalo.

Ayo Ke Gorontalo !!!




0 komentar:

Posting Komentar